f(x)

Saturday, October 16, 2010

Tontowi/Liliyana Capai Final Ketiga



SAMARINDA, KOMPAS.com — Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mencapai final ketiga dari tiga turnamen yang mereka ikuti setelah menundukan sesama ganda pelatnas, Fran Kurniawan/Pia Zebadiah, pada semifinal Indonesia Terbuka Grand Prix Gold 2010, Sabtu (16/10/2010).

Pada partai pembuka semifinal di Stadion Palaran, Samarinda, Tontowi/Liliyana yang menjadi unggulan keenam mengalahkan unggulan kedua, Fran Kurniawan/Pia Zebadiah, 21-11, 25-23. Sebelumnya, pasangan tersebut meraih gelar di Macau dan runner-up di Taiwan GP Gold 2010.

"Mudah-mudahan bisa mengulang kesuksesan di Macau, menjadi juara," kata Liliyana yang bersama Tontowi akan mewakili Indonesia di Asian Games, bulan depan.

Kesuksesan Tontowi/Liliyana ini juga memberikan secercah harapan bahwa Indonesia sudah punya pengganti Nova Widianto/Liliyana Natsir. Konsistensi Tontowi/Liliyana bisa menguak harapan untuk menyabet medali di Asian Games.

sedangkan di partai lain, Markis Kido/Lita Nurlita semakin dekat dengan gelar pertama mereka sebagai pasangan di nomor ganda campuran. Unggulan ketujuh ini melangkah ke final Indonesia Terbuka Grand Prix Gold 2010 setelah menang dua set langsung, 21-10, 21-14, atas pemain Indonesia lainnya, Mochamad Delynugraha/Richi Puspita Dili, Sabtu (16/10/2010).

Pada final besok minggu, Kido/Lita bakal menghadapi ujian yang sangat besar. Pasalnya, Tontowi/Liliyana juga sedang dalam puncak penampilan mereka setelah pasangan yang baru "dikawinkan" ini dua kali mencapai final dengan hasil satu kali juara di Macau dan runner-up di Taiwan Terbuka Grand Prix Gold.

Anneke/Annisa kandas

Sementara itu, pasangan putri, Anneke Feinya Agustine/Annisa Wahyuni, gagal mengatasi permainan ganda China, Luo Ying/Luo Yu, sehingga kandas pada babak semifinal. Pasangan unggulan kedua itu kalah dua game langsung, 14-21, 18-21.

Pada final, satu-satunya wakil China yang tersisa dalam turnamen berhadiah 120.000 dollar AS itu akan melawan unggulan teratas, Greysia Polii/Meiliana Jauhari, yang mengalahkan pasangan Vita Marissa/Nadya Melati, 21-19, 17-21, 21-15.

Ahsan/Bona ke Final

Mohammad Ahsan/Bona Septano melangkah ke final Indonesia Terbuka Grand Prix Gold 2010. Unggulan kedua ini secara meyakinkan maju ke partai puncak turnamen berhadiah 120.000 dollar AS tersebut, setelah menang straight set 21-15, 21-15 atas unggulan keempat dari Taiwan, Liao Min Chun/Wu Chun Wei, Sabtu (16/10/10).

Dengan demikian, Indonesia tetap memelihara peluang untuk menyabet gelar ganda putra. Bahkan, ada kemungkinan tercipta all-Indonesian final, jika Yonathan Suryatama Dasuki/Rian Sukmawan (unggulan 1) mampu mengalahkan unggulan ketiga dari Malaysia, Goh Wei Shem/Teo Kok Siang.

Hayom Pastikan Indonesia Juara Tunggal

Tunggal putra Pelatnas Cipayung, Dionysius Hayom Rumbaka, mencapai final Indonesia Terbuka Grand Prix Gold 2010. Pada babak empat besar turnamen berhadiah 120.000 dollar AS ini, Sabtu (16/10/2010) di Stadion Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, Hayom yang menjadi unggulan kelima menang straight set 21-13, 21-11.

Kesuksesan Hayom ini membuat Indonesia memastikan diri meraih gelar di sektor tunggal putra karena akan tercipta all-Indonesian final. Pada partai puncak nanti, Minggu (17/10/2010), Hayom akan berhadapan dengan pemenang duel di antara sesama pemain non-pelatnas, Taufik Hidayat (unggulan pertama) vs Andre Kurniawan Tedjono (unggulan ke-6).

Satu-satunya Tunggal Putri Ikut Kandas

Indonesia harus melupakan impian untuk merebut gelar tunggal putri di kandang sendiri. Pasalnya, Maria Febe Kusumastuti, yang menjadi satu-satunya harapan, gagal melangkah ke final Indonesia Terbuka Grand Prix Gold 2010.

Pada pertandingan semifinal di Stadion Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (16/10/2010), unggulan kedua yang bernaung di bawah atap Pelatnas Cipayung tersebut menyerah 17-21, 21-16, 17-21 dari pemain yunior Thailand, Ratchanok Inthanon. Hasil ini juga membuat Maria Febe gagal melakukan revans atas lawannya yang baru berusia 16 tahun itu. Ia juga kalah tahun lalu di Vietnam dengan hasil straight set.
Kegagalan Maria Febe semakin menenggelamkan reputasi tunggal putri Indonesia yang dulu sangat disegani pemain dari negara mana pun. Bagaimana tidak, di saat Indonesia masih tetap mengandalkan muka-muka lama seperti Maria Febe, Adriyanti Firdasari, dan Maria Kristin Yulianti (bahkan Firda dan Maria Kristin sudah tersingkir pada babak awal), negara "kecil" yang tidak memiliki tradisi bagus di bulu tangkis justru sudah menghasilkan pemain andalan untuk masa depan.

No comments:

Post a Comment